Belum Lelah untuk Merdeka


Penghormatan bendera merah putih di sawah
Penghormatan Bendera Merah Putih di sawah (Dok. KTPL)

Tanipanganlestari.com, Jangan dikira petani tidak kebagian peran dalam upaya bangsa ini untuk memerdekakan diri. Laiknya skenario cerita, semua anak bangsa kebagian peran. Ada yang berperan menjaga pagar depan, yaitu para laskar dan tentara. Ada yang berunding di meja ruang tamu, yakni para kaum pelajar dan politikus. Pun yang memompa semangat di kamar keluarga, yang ini jelas para kyai, pendeta dan rohaniawan lainya. Petani tentu saja urusan logistik pangan. Demarkasi wilayahnya dapur dan kebun belakang.

Semua berjalan harmoni pada awalnya. Semua pemeran saling sinergi untuk satu tujuan mulya. Bangsa merdeka.

Cita-cita bersama pun diikrarkan. Diantaranya mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua anak bangsa diharapkan menjadi orang yang kreatif dan cerdik pandai sesuai peran masing-masing. Tentaranya lihai dalam strategi pertahanan negara plus bisa memodernisasi peralatanya.Kaum pelajar diharapkan bisa menjadi motor penggerak bangsa dengan disiplin ilmunya masing-masing. Politikus diharapkan mampu membuat tatanan negara yang dinamis dan transparan. Pengusaha dan pekerja bahu membahu mendorong ekonomi negara. Pun guru pekerja informal lainya diberi ruang seluasnya untuk kemajuan bangsa tak terkecuali petani. Kaum bercaping ini diharapkan tetap menjadi soko guru pangan bangsa dengan segala kreativitas dan inovasinya.

Keadilan sosial bagi seluruh anak bangsa tak luput diikrarkan. Dan tujuan utama dari kolaborasi elemen bangsa ini tentu saja kesejahteraan bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. 17 Agustus 1945, ikrar sakral itu digaungkan.

Rabu (17/8), Petani asal Desa Talang menikmati Nasi Tumpeng dan Tengkleng Kambing pasca melaksanakan penghormatan bendera Merah Putih di lahan demplot SRP (Sustainable Rice Platform) Desa Talang, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten (Dok. KTPL)

Semenjak perumusan cita-cita besar tersebut, sudah 77 kali kalendar di dinding telah diganti. Kaum tani sebagai salah satu pemegang saham populasi terbesar bangsa ini, tampaknya masih tercecer di rombongan belakang. Dalam banyak hal indikator kesejahteraan, kaum tani berada di level terbawah. Menurut statistik BPS, dalam tingkat pendidikan petani, 36,19% petani tidak lulus sekolah dasar dan 38,49% berpendidikan lulus sekolah dasar. Untuk lulusan SMP sebanyak 16,22% dan SMA sebanyak 8,54%. Hanya 0,57% lulusan perguruan tinggi. Hal ini tentu masih sangat jauh dari harapan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemasok angka kemiskinan juga didominasi oleh keluarga petani. Mayoritas petani adalah petani penggarap yg tidak punya lahan sendiri. Itupun lahan garapanya rata-rata dibawah setengah hektar. Kesejahteraan bagi petani tentu masih jauh panggang dari api.

Petani, terutama yang berbasis lahan sawah, nyaris tak bisa lepas dari ketergantungan di berbagai aspek. Mulai dari benih hingga pasca panen. Jika membeli saprotan (sarana produksi pertanian) harga ditentukan oleh penjual. Sementara jika menjual hasil pertanian petani sangat tergantung pembeli, baik itu penebas maupun tengkulak. Hal ini diperparah dengan kebijakan terkait sektor pertanian biasanya bersifat top-down. Sehingga terkadang tidak menyasar pada akar masalah yang dihadapi petani.

Nah, jika petani belum merasakan nikmatnya bangsa merdeka, tentu masa berjuang menentukan nasib sendiri belumlah final. Terlebih di beberapa daerah, masih ada petani yang berjuang mempertahankan tanahnya dari penggusuran. Meski demikian dalam jiwa petani tak ada kamus gampang tumbang. Selama lengan masih kuat mengayun cangkul, kaki masih tegar dalam benaman lumpur, petani akan terus bertempur. Karena memberi asupan pangan bangsa ini, adalah hasrat mulya kaum bercaping.

Penulis: Rustamaji

Editor: Wahyu Eka Nugraha


BAGIKAN ARTIKEL

Satu komentar pada “Belum Lelah untuk Merdeka

  • berjuang itu harus….. walaupun sudah merdeka pun harus tetap berjuang salah satunya mengisi kemerdekaan….


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *